Cabai merah (Capsicum annum L) merupakan salah satu
komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat di Indonesia. Jenis sayuran
yang rasanya pedas dan beraroma khas ini ternyata bagi orang-orang tertentu
dapat membangkitkan selera makan. Cabai merah (Capsicum annuum L.) juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena
harga jualnya yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang
salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit
kanker.
Permintaan cabai menunjukkan indikasi yang terus
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan stabilitas ekonomi
nasional yang mantap. Mengingat permintaan cabai merah relatif stabil sepanjang
tahun, maka management produksi perlu diatur, agar tidak terjadi fluktuasi baik
produksi maupun harga. Pola produksi cabai merah selama ini sangat tidak
beraturan sehingga yang semestinya usahatani ini sangat menguntungkan,
seringkali mendatangkan kerugian bagi petani maupun konsumen karena produksi cabai
merah ini berkaitan dengan musim tanam. Pada umumnya petani cabai merah
mengkonsentrasikan usahanya pada saat musim tanam optimum ( in-season), sedangkan
pada produksi luar musim (off-season) tidak banyak petani yang
membudidayakannya sehingga berakibat suplai ke pasar menjadi terbatas dan harga
akan naik. Akan tetapi pada awal musim kemarau, petani berlomba-lomba menanam
cabai merah, sehingga pada bulan Mei - Juli produksi dan pasokan melimpah, dan
harga menjadi jatuh.
Keadaan
tersebut dapat dirubah dengan cara memperbaiki Teknologi Budidaya cabai merah.
Salah satunya adalah dengan menggunakan sistem irigasi hemat air
(irigasi tetes). Dengan cara tersebut maka cabai merah akan berhasil
dibudidayakan kapan dan dimana saja serta produksi cabai merah pun dapat stabil
walaupun diluar musim tanam.
Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang
menggunakan jaringan pipa plastik dan penetes (drippers/emitter) untuk
mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. untuk mencegah
tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi
setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang
diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang baik. Jumlah air yang
dibutuhkan tanaman cabai merah selama pertumbuhan vegetatif adalah 250 ml tiap
2 hari pertanaman dan meningkat menjadi 450 ml tiap 2 hari pada masa pembungaan
dan pembuahan. Dengan sistem irigasi tetes ini jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan
tepat sehingga tanaman cabai merah pun dapat tumbuh optimal.
Sistem irigasi tetes mencegah sebagian besar kehilangan air melalui penguapan,
limpasan, erosi tanah dan angin. Sistem ini dapat menghemat penggunaan
air untuk menyiram tanaman sehingga pada saat musim kemarau pun produksi cabai
merah akan tetap stabil. Selain itu sistem ini juga akan banyak sekali
menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap
waktu yang akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman cabai merah rusak.
Menurut Hansen, et al. (1992) keuntungan menggunakan sistem irigasi tetes dapat
menghasilkan kualitas tanaman yang dipanen lebih baik karena disebabkan kemampuan
memelihara kelembaban di sekitar akar tanaman yang mendekati konstan.
Sistem irigasi tetes mempunyai cara pengontrolan yang
baik, mengurangi proses evaporasi, nutrisi dapat diberikan langsung ke tanaman
bersama-sama melalui air dan sangat sesuai untuk tanaman berderet
(sayur-sayuran, buah-buahan yang lunak) termasuk tanaman cabai merah. Irigasi
tetes juga sesuai untuk beberapa jenis tanah, antara lain untuk tanah berpasir
dan tanah liat, karena dapat memberikan kelembaban pada tanah. Disamping itu,
sistem irigasi tetes dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan tertentu,
oleh karena itu perbedaan ketinggian haruslah dipertimbangkan.
untuk pupuknya apa yg digunakan, agar tidak terjadi sumbatan pada emiter dripper?
BalasHapus